Ruam popok atau diaper rash adalah salah satu masalah kulit yang banyak dialami bayi. Pada kasus yang ringan, ruam popok dapat hilang dengan sendirinya selama beberapa hari. Namun pada kasus yang berat, ruam popok mungkin membutuhkan perawatan khusus.
Apa Itu Ruam Popok?
Ruam popok atau diaper rash (diaper dermatitis) adalah bentuk iritasi kulit yang terlihat seperti bercak kulit yang meradang di pantat bayi. Biasanya kondisi ini sering dikaitkan dengan iritasi akibat penggunaan popok. Popok yang basah dan jarang diganti pada kulit bayi yang sensitif membuat munculnya iritasi pada kulit bayi.
Meskipun kondisi ini sering dikaitkan dengan bayi, namun kondisi ini juga dapat terjadi pada orang dewasa yang menggunakan popok.
Berdasarkan jenisnya, ruam popok dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
- Ruam popok iritan, merupakan jenis ruam popok paling umum dan terjadi ketika area popok bayi Anda terlalu lembap atau kontak yang terlalu lama dengan kencing dan kotoran bayi.
- Ruam popok jamur candida, ruam popok yang muncul akibat pertumbuhan berlebihan jamur candida
- Ruam popok bakteri, beberapa jenis bakteri tertentu seperti staph atau strep dapat menyebabkan ruam popok. Kondisi ini jarang terjadi dan dikenal dengan istilah impetigo.
- Ruam popok reaksi alergi, biasa dialami oleh bayi dengan kulit sensitif karena memiliki reaksi alergi tehadap bahan dalam popok atau akibat penggunaan krim tertentu.
Baca Juga: Meredakan Ruam Popok hingga Jerawat, Ini Manfaat Mandi ASI (Air Susu Ibu) bagi Kulit Bayi
Penyebab Ruam Popok
Ruam popok umumnya ditandai dengan tanda peradangan atau iritasi di area penggunaan popok seperti di pantat, perut dan selangkangan. Biasanya tampak ruam kemerahan, rasa nyeri, gatal dan tidak nyaman di area ini. Namun karena bayi belum dapat menggaruk atau menunjukkan gejala tersebut, biasanya bayi menunjukkan gejala rewel.
Penyebab ruam popok sangat beragam, di antaranya:
- Tidak segera mengganti popok yang basah atau kotor. Kulit bayi yang sensitif dapat mengalami ruam jika popok basah atau kotor tidak segera diganti. Bayi akan berisiko mengalami ruam popok jika sedang diare atau sering buang air kecil.
- Popok terlalu ketat. Popok yang terlalu kecil dan tidak sesuai ukuran dapat menyebabkan gesekan yang memicu ruam.
- Penggunaan produk baru. Kulit lembut bayi dapat menunjukkan reaksi alergi pada produk bayi seperti bedak, losion atau minyak bayi.
- Percobaan makanan baru. Ketika memperkenalkan makanan baru pada bayi, kotoran bayi pun akan berubah. Kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko ruam popok.
- Kulit bayi sensitif. Kulit bayi baru lahir umumnya sangat sensitif, namun beberapa bayi memiliki masalah kulit seperti dermatitis atopik (eksim) atau demratitis seboroik, akan berisiko lebih tinggi mengalami ruam popok.
Baca Juga: Yang Harus Dilakukan Agar Bayi Tak Mengalami Ruam Popok
Penanganan Ruam Popok
Penanganan terbaik untuk ruam popok adalah menjaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering. Pada ruam popok yang ringan, kondisi ini biasanya akan cepat mereda setelah Anda rutin membersihkan popok. Jika perawatan ini tidak meredakan ruam popok yang dialami si kecil, Anda bisa menggunakan obat-obatan seperti krim antijamur, salep yang mengandung hydrocortisone, dan antibiotik oral jika si kecil mengalami infeksi bakteri.
Ruam popok adalah masalah iritasi yang banyak dialami pengguna popok, baik bayi maupun dewasa. Jika mendapati tanda iritasi pada area penggunaan popok, segera periksa kembali kebersihan di area tersebut. Apabila Anda membutuhkan konsultasi mengenai iritasi ruam popok sebaiknya konsultasikan ke dokter atau manfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr. Monica Salim